Pengaruh Kista Terhadap Kesuburan

http://4.bp.blogspot.com/-TDSGihH2ehs/UvOyNJRqMoI/AAAAAAAAAAc/tVKH64_s2TM/s1600/2.gif
Bookmark and Share
Kista akan membahayakan dan mengganggu kesuburan manakala ia aktif tumbuh dan ukurannya sudah besar. Kista endometriosis mengganggu kesuburan karena secara mekanik dapat mengakibatkan perlengketan-perlengketan. Adanya perlengketan menyebabkan proses ovum pick-up (lepasnya sel telur yang sudah matang) sehingga sulit ditangkap fimbriea (ujung tuba falopi). Akibatnya, pembuahan sulit terjadi.

Selain itu, adanya kista endometriosis secara imunologis kesuburan juga terhambat karena timbulnya reaksi-reaksi kekebalan mengganggu fungsi sel telur, sperma, dan embrio secara alami. Jika dibiarkan, endometriosis akan semakin berat dan umumnya perempuan susah hamil.

Kista berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, ataupun bahan-bahan lainnya. Kista umumnya tidak disertai keluhan dan gejala. Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar, atau letaknya mengganggu organ lain di sekitarnya. Jika menekan saluran kemih, usus, saraf atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, tumor akan menimbulkan keluhan susah kencing, gangguan pencernaan, seperti tidak bisa buang air besar, kesemutan, atau kaki sering bengkak.

Gejala lain adalah nyeri sekitar perut, terkadang merasakan perut agak membesar.  Gejala bila kista pecah adalah sakit perut hebat yang mendadak, atau pendarahan hebat pada saat berhubungan seksual. Kista endometriosis juga dapat mengganggu kehidupan seksual karena akan timbul rasa nyeri pada saat berhubungan intim.

Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya, apakah membahayakan atau tidak.

Selain pada ovarium kista juga dapat tumbuh di vagina dan di daerah vulva (bagian luar alat kelamin perempuan). Kista yang tumbuh di daerah vagina, antara lain inklusi, duktus gartner, endometriosis, dan adenosis. Sedangkan kista yang tumbuh di daerah vulva, antara lain pada kelenjar bartholini, kelenjar sebasea serta inklusi epidermal.

Sementara itu, spesialis kandungan dan kebidanan dr Hardi Susanto dari RS Graha Medika, mengatakan 20-30% kista berpotensi menjadi ganas. Tandanya, terjadi pembesaran dalam waktu singkat sehingga memicu tumbuhnya kanker.

Hingga saat ini, lanjut Hardi, kista masih menjadi misteri dalam dunia kebidanan. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab tumbuhnya kista dalam tubuh seorang wanita. Karena itu, cara pencegahannya pun belum terungkap secara jelas.

Tetapi dalam literatur ada yang menyebutkan penyebab kista ovarium karena gagalnya sel telur (folikel) berovulasi. Dalam siklus reproduksinya, satu sel telur dalam ovarium wanita setiap bulan akan mengalami ovulasi. Yakni, keluarnya inti sel telur dari folikel untuk kemudian ditangkap serabut fimbria dan ditempatkan di saluran ovarium (tuba falopi), dan siap dibuahi jika bertemu sperma. Sedang folikel yang sudah kehilangan inti sel telur disebut corpus luteum, secara normal akan mengalami degenerasi hilang diserap tubuh.

Namun, adakalanya proses keluarnya inti sel telur dari dalam folikel gagal terjadi. Sel telur yang gagal berovulasi tersebut lama-kelamaan bisa berubah menjadi kista. Selain itu, dapat pula terjadi kegagalan penyerapan corpus luteum oleh tubuh. Hal ini pun berpotensi menyebabkan kista.

Selain berasal dari kelainan pada sel telur (folikel), kista di ovarium juga bisa tumbuh begitu saja. Kista semacam itu disebut kista cokelat karena terdiri atas selaput berisi darah kental atau sering disebut endometriosis.

Seiring dengan berjalannya waktu, kista tadi terus mengalami pembesaran. Dalam jangka waktu yang beragam, bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun, kista terus tumbuh hingga diameternya mencapai puluhan sentimeter.

Tidak ada patokan mengenai ukuran besarnya kista sehingga berpotensi pecah. Ada kista yang berdiameter lima sentimeter sudah pecah, namun ada yang sampai 20 cm belum juga pecah. Tetapi, pecahnya kista, katanya, bisa menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya pendarahan, yang sangat berbahaya dan harus dibawa ke rumah sakit untuk dihentikan pendarahannya tersebut agar pasien tidak kehabisan darah.

Satu-satunya jalan paling efektif dengan mengangkat kista melalui operasi (umumnya dengan alat laparoskopi). Pasalnya, tindakan pengobatan hingga saat ini belum memberikan hasil memuaskan. Hasil operasi selalu harus diperiksa secara histopatologi untuk kepastian kemungkinan ganas atau tidak.

Tindakan operasi pengangkatan kista, menurut Hardi, tidak menjamin kista tidak tumbuh kembali. Hal ini merupakan bagian dari misteri tentang kista yang belum terpecahkan.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar